PROMO, FREE ONGKIR

Tampilkan postingan dengan label Jurnal Materi Perencanaan Produk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Materi Perencanaan Produk. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Mei 2012

Video Perancangan Produk ( WATER COOLER BOTTLE)

Jumat, 18 Mei 2012

Jurnal Materi Perancangan Produk 14 (Introduction Design for Manufacture)

Introduction Design for Manufacture and Assembly (DFMA)

Sistem manufaktur modern saat ini menghadapi pasar global yang sangat kompetitif.  tekanan ini menyebabkan produsen (manufacturers) dipaksa untuk menciptakan lebih banyak  produk dengan rentan waktu hidup yang singkat dan kualitas yang lebih baik, namun dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan perusahaan perusahaan manufaktur perlu memikirkan desain produk dan pengembanganya secara akurat agar tidak kalah bersaing di pasar global.


untuk meningkatkan kualitas akan tetapi mengurangi cost produksi banyak cara yang dapat digunakan, cara yang sering dipakai oleh perusahaan manufaktur yaitu penerapan design for manufacture and assembly (DFMA).Karena 75-80% cost produk manufaktur ditentukan oleh tahap desain, sehingga keputusan desain dapat secara dramatis mengurangi biaya manufaktur dan assembly. DFMA sendiri yaitu dasar studi rekayasa  untuk memberikan bimbingan kepada tim desain dalam menyederhanakan struktur produk yang berfungsi  mengurangi biaya manufaktur dan perakitan, dan untuk mengukur perbaikan yang akan dilakukan. selain itu DFMA berfungsi sebagai alat pembandingan untuk mempelajari produk pesaing dan mengukur kesulitan manufaktur dan perakitan pada suatu produk.

Pada tahap mana DFMA mulai diterapkan?

General Procedure of Machine Design


General Procedure of Machine Design
Banyak yang berfikiran bahwa DFMA baru mulai diterapkan ketika akan melakukan modifikasi produk, atau ketika akan melakukan desain untuk tiap elemen. akan tetapi sebenarnya penerapan DFMA harus dilakukan sejak menetukan mekanisme pembuatan produk. Contohnya ketika memutuskan menerapkan konsep DFMA maka suatu produk harus menentukan material yang sangat tepat untuk digunakan, karena nantinya akan berpengaruh pada proses machining dan proses assembly (handling,insert,fastening)pada material tersebut  yang berujung pada cost produk tersebut.

Typical Steps taken in DFMA study using DFMA software


Contoh penerapan DFMA
Berikut ini merupakan salah satu proses penyempurnaan produk yang menggunakan konsep DFMA.
contoh penerapan DFMA


Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa penerapan DFMA yang digunakan yaitu dengan cara redesign produk dan terlihat makin sedikitnya part-part yang ada.  Secara logis pengurangan part-part ini tentu saja dapat mengurangi waktu assembly dalam segi handling (pengambilan barang untuk diassembly) dan fastening (pengencangan),pengurangan waktu assembly tentu saja akan mengurangi cost produksi. Akan tetapi banyak pihak yang salah kaprah dengan mengartikan pengaplikasian proses DFMA berarti mengurangi komponen saja. Padahal dengan pengurangan komponen maka harus difikirkan lagi bagaimana pembuatan dan proses machining yang harus dilakukan pada komponen baru tersebut. Ada banyak cara selain mengurangi komponen sebagai penerapan DFMA, salah satunya yaitu pengelompokan part-part menjadi subassembly, dan penggunaan material yang tepat. Penggunaan material dapat mempengaruhi mass dari komponen dan selanjutnya mempengaruhi proses handling, karena pada dasarnya material memiliki density yang berbeda-beda, maka pemilihan material sudah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya dalam proses machining dan kompleksitas dari desain suatu komponen.


sumber : http://mhs.blog.ui.ac.id/sri.lestari81/2011/09/25/introduction-design-for-manufacture-and-assembly-dfma/

Jurnal Materi Perancangan Produk 13 ( Concurrent Engineering)

Concurrent Engineering

Concurrent Engineering adalah metodologi bekerja berdasarkan paralelisasi tugas (yaitu melaksanakan tugas secara bersamaan). Hal ini mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam pengembangan produk di mana fungsi rekayasa desain, manufaktur teknik dan fungsi lainnya terpadu untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk meluncurkan produk baru ke pasar.




Terdapat tiga alasan diperlukanya pendesainan proses ke dalam concurrent process :
1. Deras dan cepatnya perkembangan teknologi
Dengan kondisi ini, efek yang ada adalah setiap produk terutama produk berbasis teknologi akan memiliki life cycle yang  pendek. Maka dari itu, dibutuhkan suatu metode desain proses tertentu agar proses developement produk mulai dari ide hingga produk berhasil dibuat bisa seoptimal mungkin, sehingga memperpendek Time to Market

2. Tekanan Siklus Desain yang  terpisah
Input Komponen produk dari fungsi-fungsi lain terkadang dapat menyebabkan jadwal menjadi kacau sering diabaikan. Jadi, terkadang bagian pemasaran belajar lebih banyak tentang kebutuhan dan harapan konsumen, dan insinyur manufaktur belajar lebih banyak tentang biaya untuk menghasilkan produk dan masalah manufakturabilitas, dan beberapa rekomendasi mereka dapat dimasukkan ke dalam desain dalam pengembangan.


3.Memunculkan Teknologi Informasi Dan Metodologi-metodologi
Teknologi informasi dan landasan metodologi yang terstruktur diperlukan untuk membentuk kembali proses pembangunan menjadi proses rekayasa itu muncul bersamaan.


sumber : http://www.hervansyahnugraha.web.id/2010/06/06/concurrent-engineering/

Jurnal Materi Perancangan Produk 12 ( Robust Design )



Pada era persaingan bisnis yang ketat dan sarat pesaing saat ini, semakin nyata bahwa produk baik berupa barang atau jasa yang mampu bersaing dan sukses di pasar global adalah produk dengan kualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. Posisi tawar konsumen semakin besar seiring dengan banyaknya pilihan produk atau layanan jasa sejenis dari brand (merek) yang berbeda. Produk perlu dirancang dan dikembangkan sedemikian sehingga konsumen bisa terpuaskan melalui value yang terkandung di dalamnya.
Dr. Genichi Taguchi megembangkan suatu metode statistik untuk meningkatkan kualitas/mutu produk. Metode Taguchi sering dipertimbangkan secara kontroversial dan dipertentangkan antar beberapa orang ahli ilmu statistik yang “beraliran Barat”. Namun banyak juga yang menerima konsep Taguchi sebagai hal yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen kualitas. Banyak faktor yang perlu diketahui dan dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu produk baru.

Metode Taguchi merupakan suatu pendekatan terstruktur untuk menentukan kombinasi terbaik dalam menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Melalui Metode Taguchi, ilmuwan Jepang yang kesohor ke seluruh penjuru bumi ini mengembangkan suatu metodologi dengan pendekatan yang berdasarkan pada DOE (Design Of Experiments).

Suatu metode untuk mengidentifikasi menurut banyaknya masukan (input) yang benar dan parameter untuk membuat suatu produk atau layanan berkualitas tinggi yang didambakan oleh pelanggan atau konsumen.
Genichi Taguchi megembangkan suatu pendekatan desain dari perspektif desain yang sempurna (robust), dimana produk (barang atau jasa) harus didesain bebas dari cacat (defect) dan berkualitas tinggi.

Terdapat tiga tahapan metode dalam mencapai desain sempurna dari Genichi Taguchi antara lain:
>> Concept design
- Suatu proses pengujian kompetisi teknologi dalam membuat/memproduksi suatu produk.
- Prototipe desain dari produk yang akan dibuat dan kesesuaian dengan kebutuhan konsumen bahkan dibawah kondisi yang ideal tanpa terdapat gangguan.

>> Parameter design
- Memilih faktor parameter dan level optimalnya.
- Mengendalikan faktor adalah manajemen variabel proses yang dapat mempengaruhi desain.
- Level parameter yang optimal dapat ditentukan dan dihitung melalui eksperimental.

>> Tolerance design
- Menembangkan batasan spesifikasi.
- Terjadi setelah design parameter ditentukan.
- Hasilnya sering mengakibatkan peningkatan biaya-biaya produksi.

Metode Taguchi diperkenalkan tahun 1980 ini secara umum membandingkan pentingnya pendekatan konsep Edward Deming, SPC (Statistical Process Control) dan konsep Total Quality Control (TQC) yang saat itu berkembang di Jepang. Pendekatannya tergolong istimewa dengan menjunjung kesempurnaan desain.
Aspek keunikan dari Metode Taguchi antara lain adalah,
>> Definisi Genichi Taguchi mengenai kualitas
>> QLF (Quality Loss Function) Taguchi.
>> Konsep robust design.


sumber : http://hardipurba.com/2008/11/19/robust-design-dari-taguchi.html

Jurnal Materi Perancangan Produk 11 ( TRIZ )



Secara umum TRIZ merupakan kombinasi dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam (biologi, fisika, kimia,dll), ilmu pengetahuan yang mempelajari kebiasaan dan kehidupan manusia dalam bermasyarakat (psikologi, sosiologi, dll), ilmu pengetahuan yang mempelajari objek buatan (teknik rekayasa, disain, root cause dll).


Metode TRIZ, yang merupakan singkatan dari phrase dalam bahasa Rusia yang diterjemahkan menjadi terori dari pemecahan masalah inventif dikembangkan pada tahun 1946 oleh Genrich Altshuller, seorang tentara Rusia berusia 22 tahun. TRIZ adalah pendekatan sistematis, yang dirancang untuk menyelesaikan berbagai masalah teknis, apapun sumbernya. TRIZ menggunakan otak kiri, ilmiah, dan meliputi proses yang dilakukan langkah demi langkah, yang didasarkan pada ratusan studi mengenai paten inovatif sedunia.


Dalam perspektif Six Sigma, TRIZ adalah metodologi yang dipergunakan untuk pegembangan dan peningkatan daya-daya kreativitas dan daya-daya inovatif. Kreativitas diperlukan dalam merumuskan berbagai pemecahan masalah, implementasi “trial and error” yang dilakukan secara konvensional dan bersifat alami / natural. Pada kondisi tertentu, situasi di dalam aktivitas bisnis pasti akan bersifat sangat kompleks. Berbagai metode pemecahan masalah bisnis pasti akan diterapkan untuk mendapatkan rumusan-rumusan pemecahannya. Akan tetapi, kadang kala metode-metode pemecahan masalah bisnis tersebut tidak dapat menghasilkan solusi-solusi yang memuaskan, dan pada akhirnya yang tersisa adalah kondisi frustasi karena kehabisan waktu misalnya. Dalam situasi seperti ini, TRIZ adalah salah satu strategi alternatif terbaik yang dapat dimanfaatkan, khususnya dalam kepentingan penyelesaian permasalahan yang muncul pada pekerjaan-pekerjaan proyek yang bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan manufaktur.


Metode-metode desain konvensional yang ada pada saat ini bersifat sangat terbatas, dan lebih banyak bergantung pada standar-standar fungsi-fungsi pembobotan karakteristik dalam desain, misalnya bobot kasus, bobot tegangan, tingkat beban, temperatur kerja, dan sebagainya. TRIZ adalah metode yang menjembatani ide-ide pengembangan dan peningkatan yang relatif tidak standar, kontradiksi, tumpang-tindih terhadap konsep-konsep desain, atau kejadian interaktif yang disinyal dari diagram QFD atau dari desain axiomatic. Dalam diagram QFD, manifestasi desain dapat ditinjai pada matriks-matriks korelasinya (di bagian atas ‘House of Quality’). Sementara itu, dalam desain axiomatic, manifesta desain dapat dilihat pada format “couped design”. TRIZ adalah solusi pada saat manifestasi desain tidak terkompromi ke dalam desain total akhir. Pada prinsipnya, TRIZ adalah salah satu perangkat kerja komplementer dari QFD dan desain axiomatic. Hal ini dapat diartikan bahwa TRIZ juga merupakan salah satu metode kualitas dalam proyek pengembangan dan pengingkatan Six Sigma yang berfungsi sebagai perangkat kerja dalam aktivitas peningkatan fungsi-fungsi eliminasi konflik yang timbul dalam sistem.


TRIZ dapat juga diartikan pendekatan sistematik untuk memecahkan berbagai macam permaslahan secara kreatif. Berdasarkan rekayasa teknik TRIZ merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berorientasi terhadap manusia berdasarkan metodologi sistematis terhadap menemukan penyelesaian permasalahan (inventive problem solving). Secara sederhana TRIZ berarti inventive problems, dan problem solving.
Inventive problems, dimaksudkan pada permasalahan nonroutine yaitu:
  • Sering langkah tidak diketahui muncul dikarenakan keperluan kontradiksi untuk sistem.
  • Sering situasi yang diperlukan/diinginkan tidak diketahui dapat digantikan secara temporer oleh sebuah solusi ideal imajiner.
Problem solving, dimaksudkan pada penyelesaian permasalahan nonroutine secara kreatif:


SUMBER : http://slametux.blogdetik.com/2011/10/16/pengertian-dari-triz/

Jurnal Materi Perancangan Produk 10 ( Value Enginering)

Perkembangan teknologi disertai dengan perkembangan dunia industri yang selalu mengiringi perkembangan teknologi menyebabkan persaingan di dalam dunia rekayasa semakin sulit. Hal ini ditambah dengan globalisasi yang semakin berkembang dimana hampir tidak ada batasan yang berarti di setiap penjuru dunia.

Untuk menyikapi kondisi ini, diperlukan suatu konsep serta pemahaman yang harus diimplementasikan, khususnya di dunia teknologi dan industri. Value Engineering atau rekayasa nilai inilah yang dimaksud sebagai konsep yang dibutuhkan dalam menyikapi situasi persaingan dunia industri dewasa ini.

Yang dimaksud dengan Value Engineering adalah pendekatan tersetruktur dan sistematis dalam pengevaluasian serta pengembangan suatu produk atau proyek, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai produk atau proyek tersebut, disertai dengan peningkatan pendapatan yang diinginkan.
Salah satu faktor penting dalam meningkatkan nilai suatu produk atau proyek adalah kompetensi team yang berperan dalam proyek pengembangan suatu produk atau jasa tersebut.

Kompetensi – kompetensi tersebut adalah pengertian dari team akan kunci kesuksesan bisnis dalam berhubungan dengan klien, pengguna produk atau jasa yang akan dihasilkan, dan stake – holder. Kemudian team yang efektif disertai dengan komunikasi yang baik antar anggota team itu sendiri. Serta yang terakhir namun paling penting adalah keinginan ataupun kemampuan team untuk mengeliminasi biaya – biaya yang tidak terlalu signifikan dan menemukan inovasi – inovasi baru dalam memberikan solusi untuk pengembangan dan pengevaluasian produk atau jasa yang akan dihasilkan.

Dalam pernyataan terakhir pada paragraf di atas telah disebutkan kalimat “inovasi”. Lalu apa konsep yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu inovasi baru dalam proyek atau jasa yang dibutuhkan. Seperti yang dikatakan oleh Woodhead dan Berawi, “Identifying functions enables alternative ways in the act of product creation and innovation”. Yang berati Identifikasi pada fungsi dapat menghasilkan cara alternatif dalam memberikan inovasi serta pembuatan suatu produk. Maka dapat disimpulkan bahwa Value Engineering merupakan metodologi dalam penciptaan suatu inovasi dengan pengaplikasian teori fungsional suatu produk yang akan dihasilkan.

Setelah menjelaskan panjang lebar tentang value engineering, maka dapat diekstrak tiga konsep penting yang dibutuhkan dalam mengembangkan produk yang diinginkan. Tiga konsep tersebut adalah analisa fungsi, sistem nilai, dan proses yang melibatkan team. Untuk mengaplikasikan ketiga konsep tersebut dibutuhkan teknik manajemen yang baik, pendekatan team secara multi disiplin, orientasi sistem inovasi/siklus umur produk/fungsi.

Persamaan yang mengimplementasikan sistem nilai, analisa fungsi, dan biaya adalah , dimana V adalah value atau nilai, F adalah fungsi, dan C adalah cost atau biaya. Persamaan tersebut harus mempunyai empat kondisi yang diperlukan.

Kondisi yang pertama adalah kondisi dimana nilai suatu fungsi naik, namun besaran biaya yang turun. Kondisi ini biasanya diimplementasikan pada saat pertama – tama suatu produk dihasilkan. Pada kondisi kedua, nilai fungsi dibiarkan tetap sama dengan kondisi pertama disertai dengan besaran biaya yang tetap diusahakan untuk turun. Kondisi ketiga, besaran biaya diusahakan untuk tetap seperti kondisi kedua, namun disertai dengan nilai fungsi yang dinaikkan. Dan kondisi yang terakhir atau keempat, mempunyai ketetapan yang menaikkan nilai fungsi dan biaya, dimana nilai fungsi dinaikkan jauh melebihi kondisi ketiga dan besaran biaya yang dinaikkan tidak terlalu jauh dengan kondisi ketiga.


sumber : http://mhs.blog.ui.ac.id/muhammad.agung/2011/10/19/penggunaan-metode-value-engineering-rekayasa-nilai-pada-dunia-industri/

Jurnal Materi Perancangan Produk 9 ( Conjoint Analysis)

Analisis Konjoin (Conjoint Analysis, Considered Jointly) merupakan suatu metode analisis dalam analisis multivariat, analisis ini mulai dikembangkan sejak tahun 1970. Analisis ini digunakan untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen.














Pada analisis ini konsumen akan diminta untuk membuat suatu pertimbangan pertukaran (trade-off judgement) atribut. Seberapa besar kesukaan konsumen terhadap suatu atribut dinilai cukup untuk mengorbankan atribut lain ? atau jika konsumen telah mempertimbangkan untuk mengorbankan suatu atribut untuk mendapatkan atribut lain, maka atribut mana gerangan ?.

Dalam prosesnya analisis konjoin akan memberikan ukuran kuantitatif terhadap tingkat kegunaan (utility) dan kepentingan relatif (relatif importance) suatu atribut dibandingkan dengan atribut lain. Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis atau preferensi konsumen (Green & Tull, 1988). Lebih lanjut, nilai-nilai ini dapat digunakan untuk membantu menyeleksi atribut-atribut suatu produk yang akan ditawarkan.






I.2 Tujuan

Tujuan penggunaan analisis konjoin terutama dalam riset pemasaran adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang “diminati” oleh konsumen. Diminati disini dapat diartikan konsumen memiliki preferensi tertentu terhadap suatu produk. Seperti diketahui bahwa, produk tidak saja terdiri dari komponen-komponen fisik penyusunnya, namun lebih merupakan kumpulan dari berbagai atribut yang sering menjadi faktor penentu bagi konsumen dalam memilih produk. Sebagai contoh, consumer good product, atribut dapat meliputi harga, kemasan, rasa, bentuk, manfaat dsb. Analisis konjoin antara lain juga bertujuan untuk :



-  Menentukan kepentingan relatif dari atribut di dalam pemilihan oleh pelanggan. Output baku dari analisis konjoin terdiri dari kepentingan relatif dari pembobotan yang diturunkan untuk semua atribut yang dipergunakan untuk membangun stimulus yang diperuntukkan dalam tugas evaluasi. Pembobotan (weights) kepentingan relatif akan menunjukkan atribut mana yang penting dalam mempengaruhi pilihan pelanggan.

-  Mengestimasi pangsa pasar merek yang berbeda dalam tingkatan level atrribut. The utilities yang diturunkan dalam analisa konjoin bisa dipergunakan sebagai input ke dalam suatu pilihan simulator untuk menentukan alternatif pilihan, kemudian pangsa pasar dengan berbagai jenis merek.
-  Menentukan komposisi merek yang paling disenangi, features dari merek dapat dibuat bervariasi dinyatakan dalam tingkatan/level atribut dan utilities yang bersangkutan. Feature dari merek yang menghasilkan utility tertinggi menunjukkan komposisi merek yang paling disenangi.
-  Membuat segmen pasar berdasarkan pada kemiripan preferensi untuk tingkatan/level atribut. Fungsi parth-worth (fungsi utilitas) diturunkan untuk atribut, mungkin dipergunakan sebagai basis (dasar) untuk mencapai segmen preferensi yang homogen.

 Oleh karena itu penggunaan analisis konjoin sangat membantu penelitian dalam pemasaran terutama untuk penting tidaknya suatu atribut beserta taraf dalam suatu produk atau jasa.

sumber : http://asal-nulis.blogspot.com/2008/05/analisis-konjoin-cojoint-analysis.html

Jurnal Materi Perancangan Produk 8 ( Analisis Fungsi dan morfologi produk)


2.2.  Analisis Fungsi Produk

            Metode analisis fungsi memberikan cara dalam mempertimbangkan fungsi dasar dan level di mana masalah akan dihadapi. Fungsi dasar adalah bagaimana peralatan, produk atau sistem yang didesain akan memuaskan, tanpa melihat komponen fisik yang dapat digunakan.

            Titik awal dari metode ini adalah memusatkan perhatian pada apa yang akan dicapai dengan desain baru, dan bukan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Cara yang paling sederhana dan paling mendasar untuk mengekspresikan hal tersebut adalah dengan menggambarkan produk yang dirancang sesederhana ‘black box’ yang mengubah input tertentu menjadi output yang diinginkan. ‘Black box’ mengandung semua fungsi yang perlu untuk mengubah input menjadi output.

            Cara yang umum digunakan adalah dengan menentukan keseluruhan fungsi secara luas pada awalnya, dan kemudian menyempitkan jika diperlukan. Mulai dengan pembatasan fungsi akan mengakibatkan berkurangnya kemungkinan solusi. Perancang dapat memberikan kontribusi yang jelas pada tahap ini dengan bertanya kepada konsumen mengenai maksud dan tujuan utama dari produk, atau dapat juga menggali informasi dari para pakar, serta input dan output yang diperlukan. Pertanyaan seperti ini dikenal dengan ‘memperluas batas sistem’. Batas sistem (System boundary) adalah batas konseptual yang digunakan untuk mendefinisikan fungsi produk. Seringkali batas yang ditetapkan terlalu sempit, sehingga hanya perubahan rancangan minor yang dapat diubah.

            Biasanya konversi dari input ke output adalah tugas yang kompleks di dalam black box, sehingga harus dipecah menjadi sub-task atau sub fungsi. Setiap sub fungsi memiliki  input dan output masing-masing, dan kesesuaian di antaranya harus diperiksa. Mungkin terdapat sub fungsi yang harus ditambahkan, tetapi tidak berkontribusi langsung terhadap fungsi keseluruhan.

            Suatu diagram blok terdiri atas seluruh sub fungsi, diidentifikasikan secara terpisah dengan menutupnya di dalam kotak dan dihubungkan dengan input dan output untuk memenuhi seluruh fungsi dari produk yang dirancang. Dengan kalimat lain, black box semula diubah atau digambarkan kembali sebagai transparent box, di mana sub fungsi dan hubungannya dapat dilihat.

            Prosedur untuk menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas sistem dari rancangan baru adalah :
a)      Jelaskan seluruh fungsi rancangan, dalam hal konversi dari input menjadi output.
b)      Break down keseluruhan fungsi menjadi beberapa sub fungsi yang penting.
c)      Gambar diagram blok yang menggambarkan interaksi atar sub fungsi.
d)      Gambarkan batas sistem.
e)      Cari komponen yang sesuai untuk melakukan sub fungsi dan interaksinya.


2.4. Pengembangan Alternatif Rancangan Produk 
            Pengembangan alternatif atau solusi merupakan aspek yang penting dalam proses perancangan. Tujuannya adalah untuk menyusun alternatif solusi dalam perancangan suatu produk, dan kemudian memperluas pencarian kemungkinan solusi yang baru. Perancangan dapat berarti membuat sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum pernah ada. Namun, perancangan juga dapat merupakan variasi atau modifikasi dari produk yang telah ada. Umumnya konsumen menginginkan peningkatan atau perbaikan produk yang telah ada dari pada sesuatu yang sama sekali baru. Oleh sebab itu, membuat variasi dalam kegiatan perancangan adalah penting. Hal ini memerlukan kreativitas yang tinggi, misalnya dengan mengkombinasikan elemen-elemen yang telah ada.
            Peta Morfologi (Morphological Chart)  dapat membantu para perancang produk untuk mengidentifikasikan kombinasi-kombinasi baru dari elemen atau komponen produk. Morfologi (morphology)  berarti studi mengenai bentuk (shape/form). Analisis morfologi (morphological analysis)  adalah usaha yang sistematis untuk menganalisis bentuk-bentuk produk. Sedangkan peta morfologi (morphological chart)   adalah rangkuman dari analisis tersebut.  Peta ini dapat menyusun secara lengkap elemen-elemen, komponen, atau sub solusi yang dapat dikombinasikan untuk mendapatkan solusi. Solusi yang didapat dari kombinasi yang mungkin dilakukan dapat merupakan solusi yang telah ada, atau variasi sama sekali baru.
p        Prosedur yang dilakukan dalam pengembangan alternatif
Ä  Daftar fungsi atau ciri-ciri (features)  yang penting dari produk. Tujuannya adalah untuk menentukan aspek-aspek yang harus dimasukkan ke dalam produk, atau yang dapat dilakukan terhadap produk. Item-item di dalam daftar harus sedapat mungkin tidak saling bergantung satu sama lain, dan harus dapat mencakup secara menyeluruh fungsi-fungsi yang diperlukan dari produk yang akan dirancang. Oleh sebab itu, daftar yang dibuat sebaiknya tidak terlalu panjang karena dapat mengakibatkan kemungkinan kombinasi dari sub-solusi menjadi besar dan unmanageble.


 

Ä  Daftar semua cara yang mungkin untuk mencapai/memperoleh setiap fungsi atau feature  yang penting dari produk. Daftar ini menyajikan sub-solusi yang apabila dikombinasikan dapat membentuk solusi dari keseluruhan rancangan. Daftar ini tidak hanya berisi sub-solusi yang telah ada, tetapi juga sub-solusi baru yang mungkin layak untuk dilakukan.
Ä  Buat Peta Morfologi yang berisi semua kemungkinan sub-solusi. Peta ini menggambarkan solusi keseluruhan bagi produk, yang dihasilkan dari kombinasi sub-solusi.
Ä  Identifikasi kombinasi sub-solusi yang layak. Jumlah kombinasi yang mungkin dapat menjadi besar. Beberapa dari kombinasi tersebut mungkin merupakan solusi yang telah ada dan beberapa mungkin merupakan solusi yang tidak layak.

Jurnal Materi Perancangan Produk 7 ( Quality Fungction Develompent))

Quality Function Deployment (QFD) diperkenalkan oleh Yoji Akao, Professor of Management Engineering dari Tamagawa University yang dikembangkan dari praktek dan pengalaman industri-industri di Jepang. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh perusahaan Mitsubishi di Kobe Shipyard, dan diadopsi oleh Toyota pada tahun 1978, dan tahun-tahun selanjutnya dikembangkan oleh perusahaan lainnya.
Fokus utama dari QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan sempurna, seperti yang kemarin dikatakan diposting sebelumnya mengenai kualitas bahwa produk yang superior atau sempurna belum tentu di butuhkan oleh konsumen.
QFD merupakan suatu metodologi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.

Berikut ini dikemukan beberapa definisi dari QFD antara lain :
• QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas tertentu. (Akao, 1990; Urban Hauser, 1993).
• QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengefaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Menurut Oakland J.S (1995), QFD adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau jasa yang berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi fungsi-fungsi yang terdapat dalam organisasi tertentu.
• QFD juga dapat diartikan sebagai penyebaran fungsi-fungsi yang terkait dengan pengembangan produk dan pelayanan dengan mutu yang memenuhi kepuasan konsumen. (Revelle., Frigon., dan Jackson, 1995).
Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD menterjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh organisasi. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses hingga tercapainya efektifitas maksimum. QFD juga merupakan praktik menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggan.


Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktifitasnya secara berkesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan.
Organisasi TQM merupakan organisasi yang berfokus pada pelanggan. QFD memerlukan pengumpulan masukkan dan umpan balik dari pelanggan.
2. Efisiensi waktu.
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasikan dengan jelas.
3. Orientasi kerja sama tim (Teamwork Oriented).
QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.
4. Orientasi pada dokumentasi.
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.
Dari ke empat point diatas, dapat kita ketahui bahwa secara spesifik manfaat penerapan QFD yaitu sebagai berikut :
• Meningkatkan Keandalan Produk.
• Meningkatkan Kualitas Produk.
  • Meningkatkan Kepuasan Konsumen.

  • Memperpendek time to market.

  • Mereduksi biaya perancangan.

  • Meningkatkan komunikasi.

  • Meningkatkan Produktivitas.

  • Meningkatkan keuntungan perusahaan.
  •  
Selain itu juga, QFD dapat menjalankan atau memperlancar cross functional communication dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga proses komunikasi antar divisi atau fungsi organisasi dapat berjalan dengan lancar, supaya lebih jelas berikut adalah gambarnya :


Dalam QFD ini ada empat langkah pengerjaannya, diantaranya adalah :
1. Product Planning (House of Quality)
2. Design Deployment
3. Manufacturing Planning
4. Production Planning
Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995) :
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality).
3. Tahap analisa dan implementasi.


Pengumpulan Suara Pelanggan (Voice of Customer)

Tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara (Polls).


Menyusun Rumah Kualitas (House of Quality)
Penerapan metode Quality Function Deployment dalam proses perancangan produk dan jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau sering disebut sebagai House of Quality (rumah kualitas) seperti pada gambar .










Sumber :


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | belt buckles