Its Teknik Industri
Teknik industri adalah cabang dari ilmu teknik yang berkenaan dengan pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem integral dari manusia, pengetahuan, peralatan, energi, materi, dan proses. Ilmu Teknik Industri diklasifikasikan ke dalam tiga bidang keahlian, yaitu Sistem Manufaktur, Manajemen Industri, dan Sistem Industri dan Tekno Ekonomi.

MATERI MATERI KULIAH
Ini adalah sekumpulan materi materi kuliah untuk semester 4, mudah mudahan bisa sedikit membantu bagi yang ingin menambah ilmu pengetahuan

Tampilkan postingan dengan label Jurnal Materi Perencanaan Produk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Materi Perencanaan Produk. Tampilkan semua postingan
Senin, 28 Mei 2012
Jumat, 18 Mei 2012
Jurnal Materi Perancangan Produk 14 (Introduction Design for Manufacture)


Introduction Design for Manufacture and Assembly (DFMA)
Posted by Sri Lestari Maharani | Category: DFMA | 4 Comments
Sistem manufaktur modern saat ini
menghadapi pasar global yang sangat kompetitif. tekanan ini menyebabkan
produsen (manufacturers) dipaksa untuk menciptakan lebih banyak produk
dengan rentan waktu hidup yang singkat dan kualitas yang lebih baik,
namun dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan perusahaan
perusahaan manufaktur perlu memikirkan desain produk dan pengembanganya
secara akurat agar tidak kalah bersaing di pasar global.
untuk meningkatkan kualitas akan tetapi
mengurangi cost produksi banyak cara yang dapat digunakan, cara yang
sering dipakai oleh perusahaan manufaktur yaitu penerapan design for
manufacture and assembly (DFMA).Karena 75-80% cost produk manufaktur
ditentukan oleh tahap desain, sehingga keputusan desain dapat secara
dramatis mengurangi biaya manufaktur dan assembly. DFMA sendiri yaitu
dasar studi rekayasa untuk memberikan bimbingan kepada tim desain dalam
menyederhanakan struktur produk yang berfungsi mengurangi biaya
manufaktur dan perakitan, dan untuk mengukur perbaikan yang akan
dilakukan. selain itu DFMA berfungsi sebagai alat pembandingan untuk
mempelajari produk pesaing dan mengukur kesulitan manufaktur dan
perakitan pada suatu produk.
Banyak yang berfikiran bahwa DFMA baru
mulai diterapkan ketika akan melakukan modifikasi produk, atau ketika
akan melakukan desain untuk tiap elemen. akan tetapi sebenarnya
penerapan DFMA harus dilakukan sejak menetukan mekanisme pembuatan
produk. Contohnya ketika memutuskan menerapkan konsep DFMA maka suatu
produk harus menentukan material yang sangat tepat untuk digunakan,
karena nantinya akan berpengaruh pada proses machining dan proses
assembly (handling,insert,fastening)pada material tersebut yang
berujung pada cost produk tersebut.
Contoh penerapan DFMA
Berikut ini merupakan salah satu proses penyempurnaan produk yang menggunakan konsep DFMA.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa
penerapan DFMA yang digunakan yaitu dengan cara redesign produk dan
terlihat makin sedikitnya part-part yang ada. Secara logis pengurangan
part-part ini tentu saja dapat mengurangi waktu assembly dalam segi
handling (pengambilan barang untuk diassembly) dan fastening
(pengencangan),pengurangan waktu assembly tentu saja akan mengurangi
cost produksi. Akan tetapi banyak pihak yang salah kaprah dengan
mengartikan pengaplikasian proses DFMA berarti mengurangi komponen saja.
Padahal dengan pengurangan komponen maka harus difikirkan lagi
bagaimana pembuatan dan proses machining yang harus dilakukan pada
komponen baru tersebut. Ada banyak cara selain mengurangi komponen
sebagai penerapan DFMA, salah satunya yaitu pengelompokan part-part
menjadi subassembly, dan penggunaan material yang tepat. Penggunaan
material dapat mempengaruhi mass dari komponen dan selanjutnya
mempengaruhi proses handling, karena pada dasarnya material memiliki
density yang berbeda-beda, maka pemilihan material sudah seharusnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya dalam proses machining dan
kompleksitas dari desain suatu komponen.
sumber : http://mhs.blog.ui.ac.id/sri.lestari81/2011/09/25/introduction-design-for-manufacture-and-assembly-dfma/
Jurnal Materi Perancangan Produk 13 ( Concurrent Engineering)


Concurrent Engineering
Concurrent Engineering adalah metodologi bekerja berdasarkan paralelisasi tugas (yaitu melaksanakan tugas secara bersamaan). Hal ini mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam pengembangan produk di mana fungsi rekayasa desain, manufaktur teknik dan fungsi lainnya terpadu untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk meluncurkan produk baru ke pasar.Terdapat tiga alasan diperlukanya pendesainan proses ke dalam concurrent process :
1. Deras dan cepatnya perkembangan teknologi
Dengan kondisi ini, efek yang ada adalah setiap produk terutama produk berbasis teknologi akan memiliki life cycle yang pendek. Maka dari itu, dibutuhkan suatu metode desain proses tertentu agar proses developement produk mulai dari ide hingga produk berhasil dibuat bisa seoptimal mungkin, sehingga memperpendek Time to Market
2. Tekanan Siklus Desain yang terpisah
Input Komponen produk dari fungsi-fungsi lain terkadang dapat menyebabkan jadwal menjadi kacau sering diabaikan. Jadi, terkadang bagian pemasaran belajar lebih banyak tentang kebutuhan dan harapan konsumen, dan insinyur manufaktur belajar lebih banyak tentang biaya untuk menghasilkan produk dan masalah manufakturabilitas, dan beberapa rekomendasi mereka dapat dimasukkan ke dalam desain dalam pengembangan.
3.Memunculkan Teknologi Informasi Dan Metodologi-metodologi
Teknologi informasi dan landasan metodologi yang terstruktur diperlukan untuk membentuk kembali proses pembangunan menjadi proses rekayasa itu muncul bersamaan.
sumber : http://www.hervansyahnugraha.web.id/2010/06/06/concurrent-engineering/
Jurnal Materi Perancangan Produk 12 ( Robust Design )



Pada era persaingan bisnis yang ketat
dan sarat pesaing saat ini, semakin nyata bahwa produk baik berupa
barang atau jasa yang mampu bersaing dan sukses di pasar global adalah
produk dengan kualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. Posisi tawar
konsumen semakin besar seiring dengan banyaknya pilihan produk atau
layanan jasa sejenis dari brand (merek) yang berbeda. Produk perlu dirancang dan dikembangkan sedemikian sehingga konsumen bisa terpuaskan melalui value yang terkandung di dalamnya.
Dr. Genichi Taguchi megembangkan suatu
metode statistik untuk meningkatkan kualitas/mutu produk. Metode Taguchi
sering dipertimbangkan secara kontroversial dan dipertentangkan antar
beberapa orang ahli ilmu statistik yang “beraliran Barat”. Namun banyak
juga yang menerima konsep Taguchi sebagai hal yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen kualitas.
Banyak faktor yang perlu diketahui dan dipertimbangkan dalam
mengembangkan suatu produk baru.
Metode Taguchi merupakan suatu
pendekatan terstruktur untuk menentukan kombinasi terbaik dalam
menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Melalui Metode Taguchi,
ilmuwan Jepang yang kesohor ke seluruh penjuru bumi ini mengembangkan
suatu metodologi dengan pendekatan yang berdasarkan pada DOE (Design Of Experiments).
Suatu metode untuk mengidentifikasi menurut banyaknya masukan (input)
yang benar dan parameter untuk membuat suatu produk atau layanan
berkualitas tinggi yang didambakan oleh pelanggan atau konsumen.
Genichi Taguchi megembangkan suatu pendekatan desain dari perspektif desain yang sempurna (robust), dimana produk (barang atau jasa) harus didesain bebas dari cacat (defect) dan berkualitas tinggi.
>> Concept design
- Suatu proses pengujian kompetisi teknologi dalam membuat/memproduksi suatu produk.
- Prototipe desain dari produk yang akan dibuat dan kesesuaian dengan kebutuhan konsumen bahkan dibawah kondisi yang ideal tanpa terdapat gangguan.
>> Parameter design
- Memilih faktor parameter dan level optimalnya.
- Mengendalikan faktor adalah manajemen variabel proses yang dapat mempengaruhi desain.
- Level parameter yang optimal dapat ditentukan dan dihitung melalui eksperimental.
>> Tolerance design
- Menembangkan batasan spesifikasi.
- Terjadi setelah design parameter ditentukan.
- Hasilnya sering mengakibatkan peningkatan biaya-biaya produksi.
Metode Taguchi diperkenalkan tahun 1980 ini secara umum membandingkan pentingnya pendekatan konsep Edward Deming, SPC (Statistical Process Control) dan konsep Total Quality Control (TQC) yang saat itu berkembang di Jepang. Pendekatannya tergolong istimewa dengan menjunjung kesempurnaan desain.
Aspek keunikan dari Metode Taguchi antara lain adalah,>> Definisi Genichi Taguchi mengenai kualitas
>> QLF (Quality Loss Function) Taguchi.
>> Konsep robust design.
sumber : http://hardipurba.com/2008/11/19/robust-design-dari-taguchi.html
Jurnal Materi Perancangan Produk 11 ( TRIZ )


Secara umum TRIZ merupakan kombinasi dari
beberapa disiplin ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari alam (biologi, fisika, kimia,dll), ilmu pengetahuan yang
mempelajari kebiasaan dan kehidupan manusia dalam bermasyarakat
(psikologi, sosiologi, dll), ilmu pengetahuan yang mempelajari objek
buatan (teknik rekayasa, disain, root cause dll).
Dalam perspektif Six Sigma, TRIZ adalah metodologi yang dipergunakan untuk pegembangan dan peningkatan daya-daya kreativitas dan daya-daya inovatif. Kreativitas diperlukan dalam merumuskan berbagai pemecahan masalah, implementasi “trial and error” yang dilakukan secara konvensional dan bersifat alami / natural. Pada kondisi tertentu, situasi di dalam aktivitas bisnis pasti akan bersifat sangat kompleks. Berbagai metode pemecahan masalah bisnis pasti akan diterapkan untuk mendapatkan rumusan-rumusan pemecahannya. Akan tetapi, kadang kala metode-metode pemecahan masalah bisnis tersebut tidak dapat menghasilkan solusi-solusi yang memuaskan, dan pada akhirnya yang tersisa adalah kondisi frustasi karena kehabisan waktu misalnya. Dalam situasi seperti ini, TRIZ adalah salah satu strategi alternatif terbaik yang dapat dimanfaatkan, khususnya dalam kepentingan penyelesaian permasalahan yang muncul pada pekerjaan-pekerjaan proyek yang bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan manufaktur.
Metode-metode desain konvensional yang ada pada saat ini bersifat sangat terbatas, dan lebih banyak bergantung pada standar-standar fungsi-fungsi pembobotan karakteristik dalam desain, misalnya bobot kasus, bobot tegangan, tingkat beban, temperatur kerja, dan sebagainya. TRIZ adalah metode yang menjembatani ide-ide pengembangan dan peningkatan yang relatif tidak standar, kontradiksi, tumpang-tindih terhadap konsep-konsep desain, atau kejadian interaktif yang disinyal dari diagram QFD atau dari desain axiomatic. Dalam diagram QFD, manifestasi desain dapat ditinjai pada matriks-matriks korelasinya (di bagian atas ‘House of Quality’). Sementara itu, dalam desain axiomatic, manifesta desain dapat dilihat pada format “couped design”. TRIZ adalah solusi pada saat manifestasi desain tidak terkompromi ke dalam desain total akhir. Pada prinsipnya, TRIZ adalah salah satu perangkat kerja komplementer dari QFD dan desain axiomatic. Hal ini dapat diartikan bahwa TRIZ juga merupakan salah satu metode kualitas dalam proyek pengembangan dan pengingkatan Six Sigma yang berfungsi sebagai perangkat kerja dalam aktivitas peningkatan fungsi-fungsi eliminasi konflik yang timbul dalam sistem.
TRIZ dapat juga diartikan pendekatan sistematik untuk memecahkan berbagai macam permaslahan secara kreatif. Berdasarkan rekayasa teknik TRIZ merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berorientasi terhadap manusia berdasarkan metodologi sistematis terhadap menemukan penyelesaian permasalahan (inventive problem solving). Secara sederhana TRIZ berarti inventive problems, dan problem solving.
Inventive problems, dimaksudkan pada permasalahan nonroutine yaitu:
- Sering langkah tidak diketahui muncul dikarenakan keperluan kontradiksi untuk sistem.
- Sering situasi yang diperlukan/diinginkan tidak diketahui dapat digantikan secara temporer oleh sebuah solusi ideal imajiner.
SUMBER : http://slametux.blogdetik.com/2011/10/16/pengertian-dari-triz/
Jurnal Materi Perancangan Produk 10 ( Value Enginering)


Perkembangan teknologi disertai dengan perkembangan dunia industri
yang selalu mengiringi perkembangan teknologi menyebabkan persaingan di
dalam dunia rekayasa semakin sulit. Hal ini ditambah dengan globalisasi
yang semakin berkembang dimana hampir tidak ada batasan yang berarti di
setiap penjuru dunia.
Untuk menyikapi kondisi ini, diperlukan suatu konsep serta pemahaman yang harus diimplementasikan, khususnya di dunia teknologi dan industri. Value Engineering atau rekayasa nilai inilah yang dimaksud sebagai konsep yang dibutuhkan dalam menyikapi situasi persaingan dunia industri dewasa ini.
Yang dimaksud dengan Value Engineering adalah pendekatan tersetruktur dan sistematis dalam pengevaluasian serta pengembangan suatu produk atau proyek, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai produk atau proyek tersebut, disertai dengan peningkatan pendapatan yang diinginkan.
Salah satu faktor penting dalam meningkatkan nilai suatu produk atau proyek adalah kompetensi team yang berperan dalam proyek pengembangan suatu produk atau jasa tersebut.
Kompetensi – kompetensi tersebut adalah pengertian dari team akan kunci kesuksesan bisnis dalam berhubungan dengan klien, pengguna produk atau jasa yang akan dihasilkan, dan stake – holder. Kemudian team yang efektif disertai dengan komunikasi yang baik antar anggota team itu sendiri. Serta yang terakhir namun paling penting adalah keinginan ataupun kemampuan team untuk mengeliminasi biaya – biaya yang tidak terlalu signifikan dan menemukan inovasi – inovasi baru dalam memberikan solusi untuk pengembangan dan pengevaluasian produk atau jasa yang akan dihasilkan.
Dalam pernyataan terakhir pada paragraf di atas telah disebutkan kalimat “inovasi”. Lalu apa konsep yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu inovasi baru dalam proyek atau jasa yang dibutuhkan. Seperti yang dikatakan oleh Woodhead dan Berawi, “Identifying functions enables alternative ways in the act of product creation and innovation”. Yang berati Identifikasi pada fungsi dapat menghasilkan cara alternatif dalam memberikan inovasi serta pembuatan suatu produk. Maka dapat disimpulkan bahwa Value Engineering merupakan metodologi dalam penciptaan suatu inovasi dengan pengaplikasian teori fungsional suatu produk yang akan dihasilkan.
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang value engineering, maka dapat diekstrak tiga konsep penting yang dibutuhkan dalam mengembangkan produk yang diinginkan. Tiga konsep tersebut adalah analisa fungsi, sistem nilai, dan proses yang melibatkan team. Untuk mengaplikasikan ketiga konsep tersebut dibutuhkan teknik manajemen yang baik, pendekatan team secara multi disiplin, orientasi sistem inovasi/siklus umur produk/fungsi.
Persamaan yang mengimplementasikan sistem nilai, analisa fungsi, dan biaya adalah , dimana V adalah value atau nilai, F adalah fungsi, dan C adalah cost atau biaya. Persamaan tersebut harus mempunyai empat kondisi yang diperlukan.
Kondisi yang pertama adalah kondisi dimana nilai suatu fungsi naik, namun besaran biaya yang turun. Kondisi ini biasanya diimplementasikan pada saat pertama – tama suatu produk dihasilkan. Pada kondisi kedua, nilai fungsi dibiarkan tetap sama dengan kondisi pertama disertai dengan besaran biaya yang tetap diusahakan untuk turun. Kondisi ketiga, besaran biaya diusahakan untuk tetap seperti kondisi kedua, namun disertai dengan nilai fungsi yang dinaikkan. Dan kondisi yang terakhir atau keempat, mempunyai ketetapan yang menaikkan nilai fungsi dan biaya, dimana nilai fungsi dinaikkan jauh melebihi kondisi ketiga dan besaran biaya yang dinaikkan tidak terlalu jauh dengan kondisi ketiga.
sumber : http://mhs.blog.ui.ac.id/muhammad.agung/2011/10/19/penggunaan-metode-value-engineering-rekayasa-nilai-pada-dunia-industri/
Untuk menyikapi kondisi ini, diperlukan suatu konsep serta pemahaman yang harus diimplementasikan, khususnya di dunia teknologi dan industri. Value Engineering atau rekayasa nilai inilah yang dimaksud sebagai konsep yang dibutuhkan dalam menyikapi situasi persaingan dunia industri dewasa ini.
Yang dimaksud dengan Value Engineering adalah pendekatan tersetruktur dan sistematis dalam pengevaluasian serta pengembangan suatu produk atau proyek, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai produk atau proyek tersebut, disertai dengan peningkatan pendapatan yang diinginkan.
Salah satu faktor penting dalam meningkatkan nilai suatu produk atau proyek adalah kompetensi team yang berperan dalam proyek pengembangan suatu produk atau jasa tersebut.
Kompetensi – kompetensi tersebut adalah pengertian dari team akan kunci kesuksesan bisnis dalam berhubungan dengan klien, pengguna produk atau jasa yang akan dihasilkan, dan stake – holder. Kemudian team yang efektif disertai dengan komunikasi yang baik antar anggota team itu sendiri. Serta yang terakhir namun paling penting adalah keinginan ataupun kemampuan team untuk mengeliminasi biaya – biaya yang tidak terlalu signifikan dan menemukan inovasi – inovasi baru dalam memberikan solusi untuk pengembangan dan pengevaluasian produk atau jasa yang akan dihasilkan.
Dalam pernyataan terakhir pada paragraf di atas telah disebutkan kalimat “inovasi”. Lalu apa konsep yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu inovasi baru dalam proyek atau jasa yang dibutuhkan. Seperti yang dikatakan oleh Woodhead dan Berawi, “Identifying functions enables alternative ways in the act of product creation and innovation”. Yang berati Identifikasi pada fungsi dapat menghasilkan cara alternatif dalam memberikan inovasi serta pembuatan suatu produk. Maka dapat disimpulkan bahwa Value Engineering merupakan metodologi dalam penciptaan suatu inovasi dengan pengaplikasian teori fungsional suatu produk yang akan dihasilkan.
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang value engineering, maka dapat diekstrak tiga konsep penting yang dibutuhkan dalam mengembangkan produk yang diinginkan. Tiga konsep tersebut adalah analisa fungsi, sistem nilai, dan proses yang melibatkan team. Untuk mengaplikasikan ketiga konsep tersebut dibutuhkan teknik manajemen yang baik, pendekatan team secara multi disiplin, orientasi sistem inovasi/siklus umur produk/fungsi.
Persamaan yang mengimplementasikan sistem nilai, analisa fungsi, dan biaya adalah , dimana V adalah value atau nilai, F adalah fungsi, dan C adalah cost atau biaya. Persamaan tersebut harus mempunyai empat kondisi yang diperlukan.
Kondisi yang pertama adalah kondisi dimana nilai suatu fungsi naik, namun besaran biaya yang turun. Kondisi ini biasanya diimplementasikan pada saat pertama – tama suatu produk dihasilkan. Pada kondisi kedua, nilai fungsi dibiarkan tetap sama dengan kondisi pertama disertai dengan besaran biaya yang tetap diusahakan untuk turun. Kondisi ketiga, besaran biaya diusahakan untuk tetap seperti kondisi kedua, namun disertai dengan nilai fungsi yang dinaikkan. Dan kondisi yang terakhir atau keempat, mempunyai ketetapan yang menaikkan nilai fungsi dan biaya, dimana nilai fungsi dinaikkan jauh melebihi kondisi ketiga dan besaran biaya yang dinaikkan tidak terlalu jauh dengan kondisi ketiga.
sumber : http://mhs.blog.ui.ac.id/muhammad.agung/2011/10/19/penggunaan-metode-value-engineering-rekayasa-nilai-pada-dunia-industri/
Jurnal Materi Perancangan Produk 9 ( Conjoint Analysis)


Analisis Konjoin (Conjoint Analysis, Considered Jointly) merupakan suatu
metode analisis dalam analisis multivariat, analisis ini mulai
dikembangkan sejak tahun 1970. Analisis ini digunakan untuk membantu
mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau
jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen.
Pada analisis ini konsumen akan diminta untuk membuat suatu pertimbangan pertukaran (trade-off judgement) atribut. Seberapa besar kesukaan konsumen terhadap suatu atribut dinilai cukup untuk mengorbankan atribut lain ? atau jika konsumen telah mempertimbangkan untuk mengorbankan suatu atribut untuk mendapatkan atribut lain, maka atribut mana gerangan ?.
Dalam prosesnya analisis konjoin akan memberikan ukuran kuantitatif terhadap tingkat kegunaan (utility) dan kepentingan relatif (relatif importance) suatu atribut dibandingkan dengan atribut lain. Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis atau preferensi konsumen (Green & Tull, 1988). Lebih lanjut, nilai-nilai ini dapat digunakan untuk membantu menyeleksi atribut-atribut suatu produk yang akan ditawarkan.
I.2 Tujuan
Tujuan penggunaan analisis konjoin terutama dalam riset pemasaran adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang “diminati” oleh konsumen. Diminati disini dapat diartikan konsumen memiliki preferensi tertentu terhadap suatu produk. Seperti diketahui bahwa, produk tidak saja terdiri dari komponen-komponen fisik penyusunnya, namun lebih merupakan kumpulan dari berbagai atribut yang sering menjadi faktor penentu bagi konsumen dalam memilih produk. Sebagai contoh, consumer good product, atribut dapat meliputi harga, kemasan, rasa, bentuk, manfaat dsb. Analisis konjoin antara lain juga bertujuan untuk :
- Menentukan kepentingan relatif dari atribut di dalam pemilihan oleh pelanggan. Output baku dari analisis konjoin terdiri dari kepentingan relatif dari pembobotan yang diturunkan untuk semua atribut yang dipergunakan untuk membangun stimulus yang diperuntukkan dalam tugas evaluasi. Pembobotan (weights) kepentingan relatif akan menunjukkan atribut mana yang penting dalam mempengaruhi pilihan pelanggan.
- Mengestimasi pangsa pasar merek yang berbeda dalam tingkatan level atrribut. The utilities yang diturunkan dalam analisa konjoin bisa dipergunakan sebagai input ke dalam suatu pilihan simulator untuk menentukan alternatif pilihan, kemudian pangsa pasar dengan berbagai jenis merek.
- Menentukan komposisi merek yang paling disenangi, features dari merek dapat dibuat bervariasi dinyatakan dalam tingkatan/level atribut dan utilities yang bersangkutan. Feature dari merek yang menghasilkan utility tertinggi menunjukkan komposisi merek yang paling disenangi.
- Membuat segmen pasar berdasarkan pada kemiripan preferensi untuk tingkatan/level atribut. Fungsi parth-worth (fungsi utilitas) diturunkan untuk atribut, mungkin dipergunakan sebagai basis (dasar) untuk mencapai segmen preferensi yang homogen.
Oleh karena itu penggunaan analisis konjoin sangat membantu penelitian dalam pemasaran terutama untuk penting tidaknya suatu atribut beserta taraf dalam suatu produk atau jasa.
sumber : http://asal-nulis.blogspot.com/2008/05/analisis-konjoin-cojoint-analysis.html
Pada analisis ini konsumen akan diminta untuk membuat suatu pertimbangan pertukaran (trade-off judgement) atribut. Seberapa besar kesukaan konsumen terhadap suatu atribut dinilai cukup untuk mengorbankan atribut lain ? atau jika konsumen telah mempertimbangkan untuk mengorbankan suatu atribut untuk mendapatkan atribut lain, maka atribut mana gerangan ?.
Dalam prosesnya analisis konjoin akan memberikan ukuran kuantitatif terhadap tingkat kegunaan (utility) dan kepentingan relatif (relatif importance) suatu atribut dibandingkan dengan atribut lain. Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis atau preferensi konsumen (Green & Tull, 1988). Lebih lanjut, nilai-nilai ini dapat digunakan untuk membantu menyeleksi atribut-atribut suatu produk yang akan ditawarkan.
I.2 Tujuan
Tujuan penggunaan analisis konjoin terutama dalam riset pemasaran adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang “diminati” oleh konsumen. Diminati disini dapat diartikan konsumen memiliki preferensi tertentu terhadap suatu produk. Seperti diketahui bahwa, produk tidak saja terdiri dari komponen-komponen fisik penyusunnya, namun lebih merupakan kumpulan dari berbagai atribut yang sering menjadi faktor penentu bagi konsumen dalam memilih produk. Sebagai contoh, consumer good product, atribut dapat meliputi harga, kemasan, rasa, bentuk, manfaat dsb. Analisis konjoin antara lain juga bertujuan untuk :
- Menentukan kepentingan relatif dari atribut di dalam pemilihan oleh pelanggan. Output baku dari analisis konjoin terdiri dari kepentingan relatif dari pembobotan yang diturunkan untuk semua atribut yang dipergunakan untuk membangun stimulus yang diperuntukkan dalam tugas evaluasi. Pembobotan (weights) kepentingan relatif akan menunjukkan atribut mana yang penting dalam mempengaruhi pilihan pelanggan.
- Mengestimasi pangsa pasar merek yang berbeda dalam tingkatan level atrribut. The utilities yang diturunkan dalam analisa konjoin bisa dipergunakan sebagai input ke dalam suatu pilihan simulator untuk menentukan alternatif pilihan, kemudian pangsa pasar dengan berbagai jenis merek.
- Menentukan komposisi merek yang paling disenangi, features dari merek dapat dibuat bervariasi dinyatakan dalam tingkatan/level atribut dan utilities yang bersangkutan. Feature dari merek yang menghasilkan utility tertinggi menunjukkan komposisi merek yang paling disenangi.
- Membuat segmen pasar berdasarkan pada kemiripan preferensi untuk tingkatan/level atribut. Fungsi parth-worth (fungsi utilitas) diturunkan untuk atribut, mungkin dipergunakan sebagai basis (dasar) untuk mencapai segmen preferensi yang homogen.
Oleh karena itu penggunaan analisis konjoin sangat membantu penelitian dalam pemasaran terutama untuk penting tidaknya suatu atribut beserta taraf dalam suatu produk atau jasa.
sumber : http://asal-nulis.blogspot.com/2008/05/analisis-konjoin-cojoint-analysis.html
Jurnal Materi Perancangan Produk 8 ( Analisis Fungsi dan morfologi produk)


2.2. Analisis Fungsi Produk
Metode analisis fungsi memberikan
cara dalam mempertimbangkan fungsi dasar dan level di mana masalah akan
dihadapi. Fungsi dasar adalah bagaimana peralatan, produk atau sistem yang
didesain akan memuaskan, tanpa melihat komponen fisik yang dapat digunakan.
Titik awal dari metode ini adalah
memusatkan perhatian pada apa yang akan dicapai dengan desain baru, dan bukan
bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Cara yang paling sederhana dan paling
mendasar untuk mengekspresikan hal tersebut adalah dengan menggambarkan produk
yang dirancang sesederhana ‘black box’ yang
mengubah input tertentu menjadi output yang diinginkan. ‘Black box’ mengandung semua fungsi yang perlu untuk mengubah input
menjadi output.
Cara yang umum digunakan adalah
dengan menentukan keseluruhan fungsi secara luas pada awalnya, dan kemudian
menyempitkan jika diperlukan. Mulai dengan pembatasan fungsi akan mengakibatkan
berkurangnya kemungkinan solusi. Perancang dapat memberikan kontribusi yang
jelas pada tahap ini dengan bertanya kepada konsumen mengenai maksud dan tujuan
utama dari produk, atau dapat juga menggali informasi dari para pakar, serta
input dan output yang diperlukan. Pertanyaan seperti ini dikenal dengan ‘memperluas
batas sistem’. Batas sistem (System
boundary) adalah batas konseptual yang digunakan untuk mendefinisikan
fungsi produk. Seringkali batas yang ditetapkan terlalu sempit, sehingga hanya
perubahan rancangan minor yang dapat diubah.
Biasanya konversi dari input ke
output adalah tugas yang kompleks di dalam black
box, sehingga harus dipecah menjadi sub-task
atau sub fungsi. Setiap sub fungsi memiliki
input dan output masing-masing, dan kesesuaian di antaranya harus
diperiksa. Mungkin terdapat sub fungsi yang harus ditambahkan, tetapi tidak
berkontribusi langsung terhadap fungsi keseluruhan.
Suatu diagram blok terdiri atas
seluruh sub fungsi, diidentifikasikan secara terpisah dengan menutupnya di
dalam kotak dan dihubungkan dengan input dan output untuk memenuhi seluruh
fungsi dari produk yang dirancang. Dengan kalimat lain, black box semula diubah atau digambarkan kembali sebagai transparent box, di mana sub fungsi dan
hubungannya dapat dilihat.
Prosedur untuk menentukan
fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas sistem dari rancangan baru adalah :
a) Jelaskan
seluruh fungsi rancangan, dalam hal konversi dari input menjadi output.
b) Break down
keseluruhan fungsi menjadi beberapa sub fungsi yang penting.
c) Gambar
diagram blok yang menggambarkan interaksi atar sub fungsi.
d) Gambarkan
batas sistem.
e) Cari
komponen yang sesuai untuk melakukan sub fungsi dan interaksinya.
2.4.
Pengembangan Alternatif Rancangan Produk
Pengembangan alternatif atau solusi
merupakan aspek yang penting dalam proses perancangan. Tujuannya adalah untuk
menyusun alternatif solusi dalam perancangan suatu produk, dan kemudian
memperluas pencarian kemungkinan solusi yang baru. Perancangan dapat berarti
membuat sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum pernah ada. Namun,
perancangan juga dapat merupakan variasi atau modifikasi dari produk yang telah
ada. Umumnya konsumen menginginkan peningkatan atau perbaikan produk yang telah
ada dari pada sesuatu yang sama sekali baru. Oleh sebab itu, membuat variasi
dalam kegiatan perancangan adalah penting. Hal ini memerlukan kreativitas yang
tinggi, misalnya dengan mengkombinasikan elemen-elemen yang telah ada.
Peta Morfologi (Morphological Chart) dapat
membantu para perancang produk untuk mengidentifikasikan kombinasi-kombinasi
baru dari elemen atau komponen produk. Morfologi (morphology) berarti studi
mengenai bentuk (shape/form).
Analisis morfologi (morphological
analysis) adalah usaha yang
sistematis untuk menganalisis bentuk-bentuk produk. Sedangkan peta morfologi (morphological chart) adalah rangkuman dari analisis
tersebut. Peta ini dapat menyusun secara
lengkap elemen-elemen, komponen, atau sub solusi yang dapat dikombinasikan
untuk mendapatkan solusi. Solusi yang didapat dari kombinasi yang mungkin
dilakukan dapat merupakan solusi yang telah ada, atau variasi sama sekali baru.
p
Prosedur yang dilakukan dalam
pengembangan alternatif
Ä Daftar
fungsi atau ciri-ciri (features) yang penting dari produk. Tujuannya adalah
untuk menentukan aspek-aspek yang harus dimasukkan ke dalam produk, atau yang
dapat dilakukan terhadap produk. Item-item di dalam daftar harus sedapat
mungkin tidak saling bergantung satu sama lain, dan harus dapat mencakup secara
menyeluruh fungsi-fungsi yang diperlukan dari produk yang akan dirancang. Oleh
sebab itu, daftar yang dibuat sebaiknya tidak terlalu panjang karena dapat
mengakibatkan kemungkinan kombinasi dari sub-solusi menjadi besar dan unmanageble.
Ä Daftar
semua cara yang mungkin untuk mencapai/memperoleh setiap fungsi atau feature
yang penting dari produk. Daftar ini menyajikan sub-solusi yang apabila
dikombinasikan dapat membentuk solusi dari keseluruhan rancangan. Daftar ini
tidak hanya berisi sub-solusi yang telah ada, tetapi juga sub-solusi baru yang
mungkin layak untuk dilakukan.
Ä Buat
Peta Morfologi yang berisi semua kemungkinan sub-solusi. Peta ini menggambarkan
solusi keseluruhan bagi produk, yang dihasilkan dari kombinasi sub-solusi.
Ä Identifikasi
kombinasi sub-solusi yang layak. Jumlah kombinasi yang mungkin dapat menjadi
besar. Beberapa dari kombinasi tersebut mungkin merupakan solusi yang telah ada
dan beberapa mungkin merupakan solusi yang tidak layak.
Jurnal Materi Perancangan Produk 7 ( Quality Fungction Develompent))


Quality Function Deployment (QFD)
diperkenalkan oleh Yoji Akao, Professor of Management Engineering dari
Tamagawa University yang dikembangkan dari praktek dan pengalaman
industri-industri di Jepang. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1972
oleh perusahaan Mitsubishi di Kobe Shipyard, dan diadopsi oleh Toyota
pada tahun 1978, dan tahun-tahun selanjutnya dikembangkan oleh
perusahaan lainnya.
Fokus utama dari QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan sempurna, seperti yang kemarin dikatakan diposting sebelumnya mengenai kualitas bahwa produk yang superior atau sempurna belum tentu di butuhkan oleh konsumen.
QFD merupakan suatu metodologi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.
Berikut ini dikemukan beberapa definisi dari QFD antara lain :
• QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas tertentu. (Akao, 1990; Urban Hauser, 1993).
• QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengefaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Menurut Oakland J.S (1995), QFD adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau jasa yang berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi fungsi-fungsi yang terdapat dalam organisasi tertentu.
• QFD juga dapat diartikan sebagai penyebaran fungsi-fungsi yang terkait dengan pengembangan produk dan pelayanan dengan mutu yang memenuhi kepuasan konsumen. (Revelle., Frigon., dan Jackson, 1995).
Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD menterjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh organisasi. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses hingga tercapainya efektifitas maksimum. QFD juga merupakan praktik menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggan.
Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktifitasnya secara berkesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan.
Organisasi TQM merupakan organisasi yang berfokus pada pelanggan. QFD memerlukan pengumpulan masukkan dan umpan balik dari pelanggan.
2. Efisiensi waktu.
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasikan dengan jelas.
3. Orientasi kerja sama tim (Teamwork Oriented).
QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.
4. Orientasi pada dokumentasi.
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.
Dari ke empat point diatas, dapat kita ketahui bahwa secara spesifik manfaat penerapan QFD yaitu sebagai berikut :
• Meningkatkan Keandalan Produk.
• Meningkatkan Kualitas Produk.
Dalam QFD ini ada empat langkah pengerjaannya, diantaranya adalah :
1. Product Planning (House of Quality)
2. Design Deployment
3. Manufacturing Planning
4. Production Planning
Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995) :
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality).
3. Tahap analisa dan implementasi.
Pengumpulan Suara Pelanggan (Voice of Customer)
Tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara (Polls).
Fokus utama dari QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan sempurna, seperti yang kemarin dikatakan diposting sebelumnya mengenai kualitas bahwa produk yang superior atau sempurna belum tentu di butuhkan oleh konsumen.
QFD merupakan suatu metodologi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.
Berikut ini dikemukan beberapa definisi dari QFD antara lain :
• QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas tertentu. (Akao, 1990; Urban Hauser, 1993).
• QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengefaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Menurut Oakland J.S (1995), QFD adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau jasa yang berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi fungsi-fungsi yang terdapat dalam organisasi tertentu.
• QFD juga dapat diartikan sebagai penyebaran fungsi-fungsi yang terkait dengan pengembangan produk dan pelayanan dengan mutu yang memenuhi kepuasan konsumen. (Revelle., Frigon., dan Jackson, 1995).
Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD menterjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh organisasi. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses hingga tercapainya efektifitas maksimum. QFD juga merupakan praktik menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggan.
Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktifitasnya secara berkesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan.
Organisasi TQM merupakan organisasi yang berfokus pada pelanggan. QFD memerlukan pengumpulan masukkan dan umpan balik dari pelanggan.
2. Efisiensi waktu.
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasikan dengan jelas.
3. Orientasi kerja sama tim (Teamwork Oriented).
QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.
4. Orientasi pada dokumentasi.
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.
Dari ke empat point diatas, dapat kita ketahui bahwa secara spesifik manfaat penerapan QFD yaitu sebagai berikut :
• Meningkatkan Keandalan Produk.
• Meningkatkan Kualitas Produk.
- Meningkatkan Kepuasan Konsumen.
- Memperpendek time to market.
- Mereduksi biaya perancangan.
- Meningkatkan komunikasi.
- Meningkatkan Produktivitas.
- Meningkatkan keuntungan perusahaan.
Dalam QFD ini ada empat langkah pengerjaannya, diantaranya adalah :
1. Product Planning (House of Quality)
2. Design Deployment
3. Manufacturing Planning
4. Production Planning
Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga tahapan tersebut adalah (Lou Cohen, 1995) :
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.
2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality).
3. Tahap analisa dan implementasi.
Pengumpulan Suara Pelanggan (Voice of Customer)
Tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara (Polls).
Menyusun Rumah Kualitas (House of Quality)
Penerapan metode Quality Function Deployment dalam proses perancangan produk dan jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau sering disebut sebagai House of Quality (rumah kualitas) seperti pada gambar .
Sumber :